Home » , » Resensi Film: Cita-citaku Setinggi Tanah

Resensi Film: Cita-citaku Setinggi Tanah

Judul film : Cita-citaku Setinggi Tanah
Sutradara : Eugene Panji
Penulis Naskah : Satriono
Produser
: Eugene Panji
Pemain  : M Shihab Imam Muttaqin, Dewi Wulandari Cahyaningr, Iqbal Zuhda Irsyad, Rizkullah Maulana Daffa, Nina Tamam, Agus Kuncoro, dan Donny Alamsyah
Produksi : Kreasi Cinema Mediatama, Render Post, Bumble Bee Studio, dan Humanplus Production (2012).



Mata pelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar selalu menugaskan siswa untuk mengarang. Tema yang paling sering diucapkan guru adalah ‘cita-citaku’. Agus, Mey, Jono, dan Puji tentu saja punya cita-cita. Puji ingin bisa ‘membahagiakan orang lain’, Jono terobsesi menjadi tentara. Mey (nama aslinya Sri) didukung ibunya menjadi artis. Cita-cita ketiga temannya setinggi langit, Agus justru memiliki cita-cita setinggi tanah saja. Agus ingin makan di restoran padang. Baginya restoran padang memilki menu masakan beragam, tidak seperti di rumahnya. Setiap hari, tiga kali sehari ibunya memasak tahu bacem karena di dikenal pemasak tahu bacem terenak di desa Mutilan, desa kecil di kaki gunung Merapi.

Film yang rilis 11 Oktober 2012 ini dibuat untuk anak-anak, diceritakan dari sudut pandang anak-anak, dan dapat ditonton oleh semua umur. Dari usaha Agus mewujudkan cita-citanya yang sederhana, bisa dipetik pelajaran bahwa cita-cita itu tak sekedar dikhayalkan. Untuk bisa mencecap masakan di restoran Padang, Agus menabung, mencari keong dan menjualnya, hingga bekerja sebagai pengantar ayam. Dengan giat ia mengumpulkan uang sampai melupakan jam bermain sepulang sekolah dengan ketiga temannya. Suatu hari, isi celengan bambunya sudah cukup untuk masuk di restoran padang, namun uang itu jatuh ke sumur. Tak disangkanya, kehilangan besar itu justru mengantar Agus menemukan cita-cita lain.



***

‘mimpi tak cukup dituliskan, mimpi harus diwujudkan’

Salah satu fakta menarik ‘Cita-Citaku Setinggi Tanah’, pendukung film ini, mulai dari pemain sampai kru sebagian besar adalah orang-orang baru di dunia perfilman. Bahkan sutradaranya sendiri sebelumnya dikenal sebagai sutradara video musik. Film ini dibuat sebagai proyek kemanusiaan. Seluruh hasil keuntungan produksi didonasikan untuk Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI). Film ini tak sekedar mengangkat kisah inspiratif namun juga sebagai kendaraan untuk berbuat baik kepada mereka yang membutuhkan.

Lebih jauh barangkali Eugene Panji dan rekan-rekannya menyampaikan esensi cita-cita, bahwa cita-cita tak perlu setinggi langit. Yang diperlukan adalah usaha setangguh semesta untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Film ini adalah semangat untuk anak-anak penderita kanker di seluruh Indonesia. Lagi, untuk menunjukkan penyakit bukan penghalang untuk mencapai kesuksesan.

Sebagai bumbu segar film drama anak, ada tambahan gambar hasil wawancara kru dengan anak-anak tentang cita-cita mereka. Ada yang ingin menjadi montir, guru, dokter, sampai cameraman!


0 comments:

Post a Comment