Home » , » Resensi Film: Perahu Kertas 2, Cinta Itu Realistis

Resensi Film: Perahu Kertas 2, Cinta Itu Realistis


Judul Film : Perahu Kertas 2

Sutradara : Hanung Bramantyo

Penulis Naskah : Dewi ‘Dee’ Lestari

Produser : Chand Parwez Servia, Putut Widjanarko

Pemain : Maudya Ayunda, Adipati Dolken, Reza Rahadian, Eliza Mulachela, Tyo Pakusadewo,

Ira Wibowo, August Melasz, Titi DJ, Sylvia Fully B, Fauzan Smith, Kimberly Rider

Produksi : Starvision Plus, Bentang Pictures, Dapur Film Indonesia (2012)



Perahu kertas, terombang-ambing mengikuti arus air menuju pelabuhan terakhir. Sesingkat inilah cerita cinta Kugy kepada Keenan. Kugy berjuang merealisasiskan cita-citanya yang tidak realistis, menjadi penulis dongeng. Pelabuhan Kugy adalah Keenan, si pelukis yang tak pandai menulis. Mereka bertemu dalam geng ‘pura-pura Ninja’ bersama Noni dan Eko, sahabat Keenan.

Kugy memiliki keyakinan akan dongeng-dongengnya, suatu hari nanti dibaca banyak orang. Akan tetapi bukan sekarang. Dongeng-dongeng itu Kugy tulis di buku yang ia sebut ‘harta karun’ dan disimpannya dengan aman. Sampai ia bertemu Keenan dan menemukan semua lukisannya. Kugy menyerahkan  buku dongengnya kepada Keenan, Keenan membuat ilustrasi untuk karya-karyanya itu.

Sejak kecil, Kugy suka membuat perahu kertas lalu dialirkannya ke pantai, sambil merapalkan mantra kepada dewa neptunus. Kecocokannya dengan Keenan membuat Kugy mengangkat Keenan menjadi agen neptunus. Mereka disatukan radar neptunus, salah satu ciri khas yang dipopulerkan film ini. Takdir menuliskan Kugy dan Keenan harus berpisah karena pilihan mereka sendiri.

“…hati itu dipilih, bukan memilih…”






Beberapa tahun kemudian, secara tak sengaja Kugy dan Keenan bertemu lagi di pernikahan Noni dan Eko. Mereka kembali dekat. Dan sekali lagi, hubungan mereka terbatasi oleh cerita-cerita lain, oleh hati Remi dan Luhde. Perahu Kertas 2 menggambarkan hubungan Kugy dan Keenan yang lebih dewasa. Bahwa meskipun mereka saling membutuhkan, namun keduanya telah memilih hati orang lain. Mereka harus menjalankan pilihan itu dengan tulus.

Dewi Lestari menuliskan sendiri skenario atas novel garapannya dengan secukup mungkin memasukkan semua konflik cinta Kugy dan Keenan yang memang beralur maju tak biasa. Konflik percintaan Kugy dan Keenan tidak disebabkan hal-hal kolonial, cerita mereka murni bentukan takdir. Ibarat perahu yang terombang-ambing ke mana-mana, pada akhirnya berlabuh di satu titik untuk selamanya.Percintaan Kugy dan Keenan merupakan contoh kecil kisah cinta anak muda di kota-kota besar yang dipermainkan waktu dan menjadi rapuh.






Menariknya, Perahu Kerta memunculkan karakter utama yang dapat menjadi trendsetter di film-film Indonesia selanjutnya. Kedua karakter ini jawaban atas kurangnya produksi karakter-karakter film yang kuat. Karakter Kugy memiliki dunia khayal sendiri, penulis dongeng, cuek, tomboy, tapi berjiwa dewasa. Sementara Keenan tipe laki-laki pendiam, suka melukis, berpendirian, romantis. Karakter yang kontras tapi saling melengkapi ini digambarkan dengan apik dan tidak klise oleh sutradara Hanung Bramantyo.

Perahu Kertas pada akhirnya memberi kita pelajaran bahwa setiap manusia memiliki takdir hidupnya masing-masing dan usaha keraslah yang mengantar takdir itu ke tangan kita. Ini merupakan sindirian besar bagi pribadi-pribadi yang tidak percaya diri akan cita-citanya.

0 comments:

Post a Comment