KATA HATI
“Sebutlah itu CINTA”
Genre : Drama
Produser : Gope T. Samtani , Subagio S.
Sutradara : Iqbal Rais
Penulis naskah : Haqi Achmad
Perusahaan film :
PT Rapi Film
Negara & Tanggal Rilis :
Indonesia, 14 Februari 2017
Sinopsis :
Dikisahkan Randi (Boy Williams),
seorang fotografer yang ditinggal mantannya, Dera (Kimberly Rider) yang
meninggalkannya demi karir menjadi seorang foto model. Sejak saat itu hidup
Randi menjadi pahit. Hidupnya selalu diisi ingatan-ingatan akan mantannya, ia
juga masih sering datang ke kedai kopi langganan mereka dulu.
Fila (Joanna Alexandra), seorang
gadis yang terlalu berharap pada sahabat yang disayanginya, Adrian. Sepuluh
tahun menyimpan perasaannya hingga akhirnya Adrian berpacaran dengan orang
lain. Hati Fila pun runtuh sudah.
Kegemaran Fila mendatangi kedai
kopi yang sama dengan Randi, akhirnya mempertemukan mereka. Selanjutnya, mereka
makin dekat karena hobi fotografi yang digeluti keduanya. Kedai kopi dan
fotografi itu akhirnya menyatukan mereka. Tanpa sadar, kedekatan mereka
menyembuhkan luka hati masing-masing. Saat semuanya berjalan begitu indah,
sosok Dera hadir lagi di kehidupan Randi. Seketika semua harapan-harapan Fila
makin jauh dari kenyataan. Randi akhirnya harus menentukan pilihan, Dera atau
Fila. Disinilah “Kata Hati” Randi bicara…
Pemain:
Pemeran Utama
·
Boy Hamzah Sebagai Randi
·
Joanna Alexandra Sebagai Fila
Pemeran Pembantu
·
Kimberly Ryder Sebagai Dera
·
Arnhezky Arczhanka Sebagai Adrian
Pemain
·
Andi Peppo
·
Dina Anjani
·
Joe P. Project
·
Maxime Bouttier
Hal Menarik:
·
Film ini diadaptasi dari novel penulis muda
Bernard Batubara dengan judul yang sama
· Film ini adalah film kedua dari novel Bernard
Batubara yang diproduksi oleh Rapi Film dengan kru yang hampir semuanya sama,
setelah film sebelumnya, Radio Galau FM.
· Penulis novelnya sendiri, Bernard Batubara hadir
di film ini sebagai cameo.
Komentar Findie:
·
Walau film ini diangkat dari novel, namun banyak
yang dimodifikasi dalam naskahnya, seperti alur dan penambahan maupun pengurangan
karakter. Mungkin untuk menyesuaikan dengan kondisi pengambilan gambar. Mungkin
bagi penonton yang sudah membaca novelnya akan sedikit kecewa dengan filmnya,
namun hal ini diakali dengan baik melalui pengambilan-pengambilan gambar yang
tepat dengan menghadirkan nuansa Jogjakarta yang tidak pernah gagal
menghipnotis penonton dengan keindahannya.
0 comments:
Post a Comment