Home » , » Resensi Film: Jakarta Hati

Resensi Film: Jakarta Hati


Jantung Ibukota, di mana Hatinya?


Judul Film          : Jakarta Hati
Sutradara           : Salman Aristo
Penulis Naskah : Salman Aristo
Produser             : Lavesh M Samtani, Manoj K Samtani
Pemain                 : Slamet Rahardjo, Andhika Pratama, Roy Marten, Dwi Sasono, Agni Pratistha, Dion       Wiyoko, Shahnaz Haque, Framly Nainggolan, Surya Saputra, Asmirandah
Produksi             : 13 Enterainmenet (rilis 8 November 2012)


Film Indonesia 2012 diramaikan bentuk segar untuk film cerita, omnibus. Salman Aristo, setelah debut sutradaranya di ‘Jakarta Maghrib’, kini menggarap omnibus keduanya, ‘Jakarta Hati’. Film ini mengisahkan enam cerita yang dihubungkan waktu selama 24 jam. Tiap cerita menggambarkan kegelisahan orang-orang di Jakarta, jantung Indonesia.


Orang lain. Menceritakan pertemuan seorang perempuan dan seorang laki-laki. Kekasih mereka saling berselingkuh. Dua korban cinta ini menghabiskan malam bersama, membicarakan siapa dan apa yang salah dalam hubungan mereka masing-masing. Namun apakah keduanya takkan berbuat kesalahan juga?

Masih Ada. Seorang anggota dewan terpaksa menggunakan angkutan umum dan bersentuhan dengan masyarakat langsung  lantaran mobilnya rusak. Ia sedang dalam perjalanan mengurus perkara korupsi yang melibatkan dirinya.

Kabar Baik. Bagaimana jadinya jika seorang polisi jujur dan profesional harus menahan ayahnya sendiri yang telah meninggalkan keluarga mereka selama lima tahun?

Dalam Gelap. Pasangan suami istri yang terpaksa terlibat pembicaraan serius soal rumah tangga mereka yang berantakan saat pemadaman listrik bergilir di Jakarta. Dalam gelap, semua yang disembunyikan saat terangpun terungkap.

Hadiah. Seorang penulis skenario dihadapkan pada pilihan ‘mempertahankan idealisme’ dan ‘mencari nafkah’. Solusi untuknya justru datang dari ketulusan anak yang masih duduk di sekolah dasar.

Darling Fatimah. Kisah cinta manis antara janda keturunan Pakistan dan pemuda Tionghoa di pasar pagi Jakarta. Dalam dialog yang terdengar kasar, sebenarnya mereka sedang mencari solusi cinta.

***

Karya omnibus kedua dengan sentuhan menawan. Beginilah kesan pertama setelah menonton omnibus ini. Nyaris tidak ada cacat dalam setiap ceritanya. Walau semua cerita diberi akhir menggantung, penonton tetap mendapatkan maksud cerita. Sebuah jaminan yang pasti dari seorang penulis skenario serapi Salman aristo. Melalui dialog cerdas, kritis, dan adegan-adegan pas, permasalah kota Jakarta seperti perselingkuhan, masalah moral, korupsi, idealisme, masalah ekonomi, dan sosial budaya dipaparkan dengan renyah tapi cerdas. Film ini pun didukung sederet pemain bintang berkualitas yang membuat maknanya tidak ‘gagal sampai’.

Secara tematik dan gaya, omnibus ini tergolong berat. Konflik yang diangkat sangat sensitif. Penonton diajak berfikir keras memahami maksud sebuah cerita yang implisit. Di beberapa cerita, misalnya di ‘Dalam Gelap’, kamera stuck di satu sisi, terus menyorot adegan sepasang suami istri di dalam kamar. Percakapan keduanya serius dan berat. Adegan seperti ini bisa jadi membosankan. Namun dialog yang sengaja disusun ‘menegangkan’ dan tambahan detail –misalnya properti atau kostum- membuat penonton membetahkan diri, menanti akhir cerita akan jadi seperti apa.

Lewat enam cerita yang ditulis orisinal oleh Salman Aristo ini, rakyat ibukota dan penduduk lainnya di kota besar diajak bercermin, kalau-kalau sempat menghadapi problema serupa, selesaikanlah dengan hati. 

0 comments:

Post a Comment