Kami sekumpulan pecinta film yang ingin merdeka dalam memproduksi, me-manage, dan memutar film kami dengan cara sendiri. Kami bertemu di sebuah warung kopi di pinggiran Makassar untuk pertama kali. Berawal dari sebuah postingan twitter seorang yang mencintai film, @rezkysaleh. Postingan itu semacam rangsangan yang menggelitik: sebuah tawaran produksi film pendek.
Kata Findie disebut tak sengaja oleh Eki. Yang lainnya menyukai kata itu. Terdengar catchy dan dekat dengan cinema/film. Awalnya findie dipunggawai dua orang, A. Pangeran Maulanda dan Rezky Saleh. Di tahun 2010, keduanya terlibat dalam satu produksi film pendek yang panjang (apa?) berjudul Perempuan Kami. Film itu dikerjakan bersama filmmaker muda berbakat lain, yaitu A. Burhamzah, A. Rio Supriadi, Adam, Rahman Sa’ade, seorang make-up artist bernama Christin Yelincia yang manis, dan mahasiswa Institut Kesenian Makassar prodi Film dan TV lainnya.
pasca tweet tersebut, datanglah @fisuamiruddin, @achimakassar @ianradhinal dan @nurulkhaliza. Sayangnya Nurul yang masih SMP mundul perlahan dengan alasan pendidikan. Ian sampai kinipun tidak jelas kabarnya.
Hari berganti, ngopi demi ngopi, tawa demi tawa berlalu datanglah @abeljam dan @azbyflatlander. Abel dipercaya di departemen kamera dan Azby sebagai penata suara. Azby kemudian mengundurkan diri karena ada pekerjaan.
Tweet Eki waktu itu berisi ajakan produksi film pendek berjudul ‘Galang dan Kamila’. Jadilah kedatangan awak-awak Findie ditujukan untuk produksi film ini. Seiring obrolan ngopi bersama filmmaker paling tua di sini (hehehhe), @Mc_DKDN alias Darmadi dari Liga Film Mahasiswa Unhas, semua awak menyatu dalam satu idealisme pembuatan film yang independen dan keluar dari norma-norma perfilman komersil.
Eki lalu bertemu @antonioquardro, seorang desain grafis berbakat yang kuliah di STIMIK Dipanegara. Anto bersedia mengerjakan desain grafis ‘Galang dan Kamila’ dan menjadi awak Findie yang baru. Kini Findie mencari seorang Unit Manager untuk produksi film tersebut. Awalnya, atas rekomendasi seorang teman di LFM Unhas, Eki mengajak Fahmi Iskandar yang sedang menjabat ketua LFM. Sayangnya Fahmi memiliki kesibukan yang padat, iapun sulit menjadi Unit Manager. Oleh A. Pangeran, Fahmi diajak mengelola departemen Artistik bersama-sama.
Posisi Unit Manager masih kosong untuk film ‘Galang dan Kamila’. Amir mengajak temannya, @zakiniwa yang sebelumnyapun telah berkenalan dengan Eki. Zaki bersedia, ia sedang mencari kesibukan dan dunia baru, ia sedang ingin ‘rehat’ sebentar dari dunia arsitektur. Pangeran dan Zaki selanjutnya bekerjasama pula dalam penataan artistik.
Bersamaan dengan Fahmi, @Efdeestrada datang. Ia awalnya diajak menjadi D.O.P namun ia menolak dan lebih memilih sebagai Still Photography. Untuk BTS, Eki mempercayai seniornya, seorang fotographer handal, anggota UKM Fotografi Unhas dan mahasiswa arkeologi, namanya Fakhri. Fakhri yang dulu gondrong bersedia menggarap video BTS.
Yang terakhir bergabung, si gadis manis yang disebutkan sebelumnya: Christin. Dia seorang make-up artis yang gemar bereksperiman dan kurang kesibukan. Ketika Pangeran mengajaknya, ia terdengar kayak orang kesurupan (waktu itu dihubungi via telepon).
***
Dua bulan berjalan, awak Findie lengkap dengan orang-orang yang berbakat di bidangnya masing-masing. Findie menjadi pulau mandiri, bukan patahan dari benua manapun, tempat semua pecinta film bertemu dan membauat film dengan cara-cara merdeka dan terus belajar. Genre Findie tidak terbatas. Kami berusaha membuat karya audio-visual dari semua genre dan ke depannya akan menyentuh ranah film eksperimental yang lebih gila.
Entah sampai kapan, Findie akan terus membuka pintunya bagi pecinta film untuk bergabung, kapanpun, di manapun, selama ia menginginkan kemerdekaan dalam membuat karya seni audio-visual.
Awak Findie baru, mana kalian?
0 comments:
Post a Comment